Lika Liku Batubara di Provinsi Jambi, Hilang Tanpa Solusi, Muncul dengan Permasalahan yang Sama, KNPI Angkat Bicara
JAMBI - Ketua KNPI Provinsi Jambi, M Iqbal Linus melihat fenomena batu bara yang terjadi di Jambi bukanlah hal baru dan masalah baru, akan tetapi naik pasang surutnya bisnis batu bara menjadikan bisnis tersebut hilang tanpa solusi dan muncul kembali dengan masalah yang sama. (19/09/2022).
Problematika batubara yang tak kunjung selesai menjadi pekerjaan Pemprov Jambi semakin berat, konon info nya segala kewanangan harus melalui keputusan pusat dan tidak lagi wewenang daerah.
Batu bara seakan akan rezeki yang tiba tiba datang akan tetapi juga seakan akan bencana yang tiba tiba datang. Batubara di Jambi bukan lah hal baru bagi warga Provinsi Jambi, sejak tahun 2008 batu bara sudah mulai beroperasi dan juga beberapa kali berubah peraturan dari yang awalnya diperbolehkan menggunakan mobil angkutan besar dengan tonase 30 Ton menjadi 10 ton di tahun 2011.
Di tahun 2013 batu bara mengalami penurunan harga yang sangat drastis dan menjadikan beberapa pengusaha gulung tikar alias rugi dan menutup tambang-tambang mereka di Jambi. Di akhir tahun 2017 batubara mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dan membuat pengusaha batu bara mulai untuk produksi batubara kembali sampai dengan tahun 2019 dimana harga batubara kembali jatuh dan beberapa pengusaha gulung tikar kembali.
Tahun 2020 dunia di gemparkan dengan bencana dunia yaitu Covid-19, hampir seluruh negara menutup perbatasan mereka dan merumahkan karyawan mereka. Batu bara sebagai material utama pembakaran pembangkit listrik hampir seluruh negara mengalami goncangan di karenakan kebutuhan dan stok yang tidak seimbang, menjadikan batu bara primadona bagi negara-negara yang menggunakan batubara sebagai pembangkit utama tetapi tidak memliki batubara di negeri mereka sendiri.
Batu bara kembali melesat dengan sangat cepat di awal tahun 2021, beberapa negara telah membuka pelabuhannya untuk menerima batu bara akan tetapi kebutuhan dan hasil produksi tidak seimbang, pertengahan 2021 beberapa negara telah menyatakan bebas dari covid-19 dan aktifitas wargapun berangsur normal, kebutuhan batubara semakin meningkat di seluruh penjuru dunia.
Awal tahun 2022 Rusia menyatakan perang terhadap Ukraina, negara-negara mulai memblokir segala jenis ekonomi dan politik ke Rusia. Harga minyak melambung tinggi dikarenakan hampir 70% kebutuhan energi di Eropa dipasok dari Rusia. Dengan melambungnya harga minyak berdampak positif untuk harga batu bara yang naik secara fantastis ke harga tertinggi sepanjang masa jika dibanding tahun 2010.
Rusia sebagai eksportir batu bara terbesar ke-2 dunia secara langsung tidak diperbolehkan untuk ekspor batu bara serta isu akan diblokirnya sistem pembarayan mereka (swift code) menjadikan Rusia negara yang tidak bisa berbisnis dengan negara manapun. Dengan hilangnya Rusia sebagai eksportir batu bara terbesar dunia menjadikan batu bara semakin dibutuhkan di negara lain.
Jambi sebagai produsen batu bara menjadi salah satu opsi pengusaha batubara untuk datang dan membuka tambang sebanyak-banyak dan sebesar-besarnya.
Problematika Jambi adalah jalur khusus batu bara yang belum dimiliki, akan tetapi sudah mulai pekerjaan. Dari tambang ke pelabuhan membutuhkan kurang lebih 140 km, sangat jauh untuk pengiriman batu bara jikalau dibandingkan dengan kalimantan atau provinsi lain nya.
Produsen batu bara kategori rendah atau low cv, menjadi idola bagi negara-negara seperti Vietnam, India maupun China. Jambi memiliki jarak yang lebih dekat dibanding Kalimantan untuk pengiriman ke negara mereka melalui jalur laut, itu pula yang menjadikan pengusaha dari luar negeri untuk investasi di Jambi.
Mobil hauling di Jambi pada saat ini diperkirakan kurang lebih 9000 unit dan terus bertambah, hal ini terjadi karena kebutuhan produksi dan harus cepat dibawa ke pelabuhan talang duku.
Masyrakat ada yang senang dan ada yang duka, tidak sedikit batu bara ini telah memakan korban hingga meninggal dunia, pemerintah bergerak cepat dalam menanggulangi hal ini akan tetapi jalur khusus batubara tersebut baru akan dikerjakan dan kemungkinan akan memakan waktu dalam proses pengerjaannya.
Kemacetan hampir terjadi di seluruh poros jalan lintas, contohnya dari kabupaten sarolangun menuju kota jambi biasa di tempuh 3-4 jam, skrang bisa sampai 7-8 jam.
Pemerintah pusat lebih tegas bersama dengan pemerintah Provinsi Jambi agar masyarakat dapat menggunakan jalan tersebut sebagaimana sebelumnya.
Jalur sungai menjadi salah satu opsi untuk mengurai kemacetan truk batu bara yang sangat banyak, jikalau pemerintah pusat bisa memberikan ultimatum bahwa setengah dari produksi harus melalui jalur sungai mungkin akan sedikit banyak mengurai kemacetan batubara seperti saat ini.
Pengusaha lokal Jambi hanya segelintir saja yang melakukan pengiriman, kebanyakan pengusaha nasional yang mengendalikan. Jikalau saja pengusaha nasional tersebut mau ber investasi secara besar untuk pengerukan sungai Batanghari, jalur sungai akan terbuka lebar sehingga kemacetan bisa di pulihkan dan minimalisir korban akibat dari batubara tersebut.
Persaingan bisnis batu bara yang kurang sehat di Jambi menjadikan investor kurang tertarik untuk investasi besar jangka panjang.
Sebagai produsen batu bara kategori rendah pada saat harga batubara mengalami koreksi, batu bara dari Jambi yang akan terkena imbas nya terlebih dahulu di banding dengan batubara kategori menengah dan tinggi.
Nilai trend positif batu bara masih ada di level tinggi hingga saat ini di karenakan beberapat faktor seperti
- Perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung
- Krisis gas Eropa yang menjadikan mereka beralih kembali ke batu bara
- Krisis energi di India
- Banjir di Australia
- Sanksi ekonomi embargo Rusia
- Dan gelombang panas di China
Adapun harga tertinggi batubara pada tanggal 16 September menyentuh di angka 473 $ ICE Newcastle dan 261 $ ICI. Harga tersebut adalah All time high atau tertinggi sampai saat ini.
Jambi harus menjadi provinsi yang ramah investasi, investasi yang bisa di lakukan investor sangat banyak, seperti pengerukan sungai, pembangunan pelabuhan batubara di ujung jabung, pembangunan coal terminal di ujung jabung yang dapat menggunakan conveyor langsung ke tengah laut.
Inflasi di Provinsi Jambi menjadi salah satu dampak dari kemacetan batu bara, pasokan sayur mayur serta sembako dll mengalami keterlambatan dan juga beberapa busuk dan tidak bisa dikomsumsi.
Kenaikan harga BBM menjadi mengkeruhkan persoalan batubara, bagaimana tidak, para pengusaha jasa travel antar kab/kota serta provinsi harus melewati macet batu bara yang membuang bbm serta waktu, mau tidak mau mereka harus menaikan harga tiket.
Provinsi Jambi menjadi idola investor investor baru untuk berinvestasi, masyrakat Jambi menaruh besar harapan kepada bapak gubernur Al Haris untuk dapat bekerjasama dengan pemerintah pusat agar para investor dapat membantu mewujudkan jalur khusus batu bara dan jalur sungai khusus batubara dapat ter realisasikan dengan cepat dan mantap. (Red)